Jumat, 26 Agustus 2016

Guru Muda Ustadz Abdul Hamid,S.Pd.I - Upacara Bendera HUT RI Di Lapangan Rengasdengklok

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat Pagi, dan Salam sejahtera bagi kita semua.
Alhamdulillah, marilah kita senantiasa bersyukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena pada hari ini kita diberi karunia sehat wal’afiat dan dapat merayakan 71 tahun kemerdekaan Negara kita tercinta, Republik Indonesia, di mana pun kita berada.
Tepat 71 tahun yang lalu, lagu kebangsaan menggetarkan pengibaran bendera pusaka di langit biru Ibu Pertiwi, sebagai penanda lahirnya Negara Republik Indonesia. Negara kepulauan dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, yang terbentang di sepanjang khatulistiwa dengan keragaman etnis budaya, bahasa, flora dan fauna yang tersebar di 17 ribu pulau, yang dipersatukan oleh kesadaran mewujudkan cita-cita bersama.
Satu dari empat cita-cita mulia yang ingin diwujudkan Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena itulah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan, setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Para peserta upacara yang saya hormati,
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa telah kita lakukan secara gotong royong tanpa mengenal lelah dan tidak akan pernah berhenti. Pada saat memproklamasikan kemerdekaan 95% penduduknya buta huruf, saat ini bangsa Indonesia telah berhasil membalik keadaan menjadi 96% melek huruf. Tidak banyak negara yang bisa mengatasi buta huruf secepat Indonesia. Saat ini tugas mendesak dunia pendidikan memastikan setiap anak Indonesia memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menang di abad 21. Untuk itu, ada tiga hal yang mendesak yang harus dilakukan sesuai amanat Nawacita.
Pertama, membekali anak-anak Indonesia dengan pendidikan karakter agar bisa beradaptasi pada lingkungan global yang dinamis dan beragam. Pendidikan karakter bukan hanya tugas sekolah, namun juga masyarakat dan keluarga. Mari kita jadikan sekolah sebagai rumah kedua dan sebagai taman belajar yang menyenangkan. Mari kita tumbuhkan kebiasaan baik pada setiap anak Indonesia. Mari kita tumbuhkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara sekolah, masyarakat dan keluarga.
Pendidikan berawal dari keluarga dan orangtua adalah guru sekaligus sebagai panutan bagi anak karena sebagian besar waktu anak dihabiskan bersama keluarga. Di lingkungan keluarga nilai-nilai kasih sayang harus ditumbuhsuburkan, sementara di sekolah perlu dibangun dan dikembangkan karakter sosial anak. Karena itu sinergi yang harmonis antara orang tua dengan sekolah adalah kunci suksesnya pendidikan anak.
Kedua, memastikan bahwa setiap anak Indonesia, tanpa ada diskriminasi, mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu secara merata di seluruh wilayah Indonesia. Kesenjangan layanan pendidikan harus diperkecil. Untuk itu kami mengajak sekolah, pemerintah daerah dan masyarakat untuk memastikan bahwa semua anak dan siswa dari keluarga kurang mampu mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) agar dapat melanjutkan pendidikannya paling sedikit 12 tahun.
Negara juga sedang memperluas ketersediaan layanan pendidikan di daerah-daerah tertinggal, terluar, dan terdepan dengan membangun sekolah garis depan. Saat ini negara melakukan rehabilitasi sekolah yang rusak berat, serta memenuhi sarana/prasarana untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Ketiga, memastikan bahwa lulusan sekolah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja serta bisa memenangkan persaingan regional dan global. Karena itu, Nawacita mengamanatkan pentingnya pengembangan pendidikan vokasi yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Saat ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang merevitalisasi pendidikan vokasi dengan melibatkan peran serta pemerintah daerah dan industri.

Jumat, 12 Agustus 2016

Guru Muda Ustadz Abdul Hamid,S.Pd.I Dari Karawang

TIPS MENDIDIK ANAK AGAR MANDIRI

Anak mandiri tidak dapat hadir begitu saja, tugas orang tualah yang harus menanamkan dan mendidik kebiasaan mandiri pada anak sejak dini, yaitu  bagaimana anak dapat memulai kemandirian dalam bertindak dan berfikir.
1.      Dorong anak untuk melakukan hal-hal sederhana & kecil secara teratur, seperti memakai pakaian sendiri, kaos kaki, memasang tali sepatu, dan berbagai pekerjaan kecil lainnya. Jangan tidak tega, kasihan atau justru tidak sabar melihat si kecil yang berusaha menalikan sepatunya selama beberapa menit, membuka sendiri kaleng permennya namun belum juga memperlihatkan keberhasilan, lalu orang tua  campur tangan/ langsung memberi bantuan menyelesaikan masalah-masalah kecil yang dihadapi anak sehari-hari, cara ini tidak akan membantu anak untuk menjadi mandiri, ia akan terbiasa “lari” kepada orang tua bila menghadapi persoalan untuk hal-hal kecil sekalipun dan cenderung menggantungkan diri pada orang lain. Beri kesempatan anak untuk mencoba melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, terus beri motivasi agar anak tidak mudah menyerah dan Jelaskan padanya caranya sehingga ia bisa melakukannya sendiri, hal ini akan membuat anak merasa dihargai atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu.
2.      Jika anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Kadang untuk menghindarkan anak dari rasa kecewa, karena hal yang sedang diupayakan anak terkesan “mustahil”, kita buru-buru melarangnya hal ini akan mematahkan semangatnya dan membuatnya kehilangan motivasi untuk mandiri atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya, sebaliknya tunjukkan bahwa orang tua sebenarnya mendukungnya untuk bersikap mandiri, namun ajukan alasan-alasan mengapa keinginan tersebut belum dapat di penuhi.
3.      Ajarkan anak mengenai tanggung jawab dan melakukan tugasnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Mulai dengan memberi penjelasan mengenai tanggung jawab, lalu ajari secara praktek, misal: biarkan anak mengerjakan sendiri Pekerjaan Rumah yang diberikan guru dan jangan membantu menyelesaikan, cukup dampingi anak secara rutin dan beri arahan. Setelah itu beri anak tugas sesuai kemampuannya, contoh:  mencuci piringnya sendiri seusai makan pada hari-hari tertentu, pada usia tertentu biarkan anak mencuci pakaiannya & membersihkan kamarnya sendiri.
4.      Sekecil apapun usaha positif yang telah dilakukan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi atau meski hasilnya kurang memuaskan, hargai dan beri pujian, karena ini dapat memberi motivasi kepada anak untuk berbuat yang sama dilain waktu.


5.      Beri kesempatan anak memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan lalu membuat keputusan-keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri hal-hal dalam kehidupannya. Misal:
·         sebelum menentukan menu di hari itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih anak untuk makan siangnya.
·         memilih pakaian yang akan dipakai untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya
·         beri kesempatan ia memilih acara kartun di televisi, buku bacaan atau majalah anak
Jika memang apa yang dipilih oleh anak kurang baik buat mereka, berilah alasan yang dapat dia terima,
6.      Beri kesempatan anak untuk berfikir
·         Meski salah tugas orang tua adalah memberi informasi & pengetahuan yang benar kepada anak, jangan langsung menjawab pertanyaan yang diajukan anak, pancing dan beri kesempatan anak untuk memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui, lalu tugas Anda untuk mengkoreksi bila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. Hal ini akan melatih anak untuk mencari alternatif dari suatu pemecahan masalah dan tidak begitu saja menerima jawaban orang tua sebagai satu jawaban yang baku dan menjadi satu-satunya tempat untuk bertanya, masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Beritahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong untuk mengatasi suatu masalah tertentu. Hal ini membuat anak tidak tergantung pada orang tua untuk mengatasi suatu masalah.
·         Agar mampu mengambil keputusan, jangan langsung memberi segudang nasehat, lengkap dengan cara pemecahan yang harus dilakukan, ketika anak selesai menceritakan pertengkarannya dengan teman sebangku. Ajak anak berdiskusi dan memberi pendapat terhadap suatu permasalahan. Ajak anak untuk berkhayal tentang masa depan, misalnya apa yang menjadi cita-citanya kelak.

Anak mandiri tidak dapat hadir begitu saja, tugas orang tualah yang harus menanamkan dan mendidik kebiasaan mandiri pada anak sejak dini, yaitu  bagaimana anak dapat memulai kemandirian dalam bertindak dan berfikir.
1.      Dorong anak untuk melakukan hal-hal sederhana & kecil secara teratur, seperti memakai pakaian sendiri, kaos kaki, memasang tali sepatu, dan berbagai pekerjaan kecil lainnya. Jangan tidak tega, kasihan atau justru tidak sabar melihat si kecil yang berusaha menalikan sepatunya selama beberapa menit, membuka sendiri kaleng permennya namun belum juga memperlihatkan keberhasilan, lalu orang tua  campur tangan/ langsung memberi bantuan menyelesaikan masalah-masalah kecil yang dihadapi anak sehari-hari, cara ini tidak akan membantu anak untuk menjadi mandiri, ia akan terbiasa “lari” kepada orang tua bila menghadapi persoalan untuk hal-hal kecil sekalipun dan cenderung menggantungkan diri pada orang lain. Beri kesempatan anak untuk mencoba melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, terus beri motivasi agar anak tidak mudah menyerah dan Jelaskan padanya caranya sehingga ia bisa melakukannya sendiri, hal ini akan membuat anak merasa dihargai atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu.
2.      Jika anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Kadang untuk menghindarkan anak dari rasa kecewa, karena hal yang sedang diupayakan anak terkesan “mustahil”, kita buru-buru melarangnya hal ini akan mematahkan semangatnya dan membuatnya kehilangan motivasi untuk mandiri atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya, sebaliknya tunjukkan bahwa orang tua sebenarnya mendukungnya untuk bersikap mandiri, namun ajukan alasan-alasan mengapa keinginan tersebut belum dapat di penuhi.
3.      Ajarkan anak mengenai tanggung jawab dan melakukan tugasnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Mulai dengan memberi penjelasan mengenai tanggung jawab, lalu ajari secara praktek, misal: biarkan anak mengerjakan sendiri Pekerjaan Rumah yang diberikan guru dan jangan membantu menyelesaikan, cukup dampingi anak secara rutin dan beri arahan. Setelah itu beri anak tugas sesuai kemampuannya, contoh:  mencuci piringnya sendiri seusai makan pada hari-hari tertentu, pada usia tertentu biarkan anak mencuci pakaiannya & membersihkan kamarnya sendiri.
4.      Sekecil apapun usaha positif yang telah dilakukan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi atau meski hasilnya kurang memuaskan, hargai dan beri pujian, karena ini dapat memberi motivasi kepada anak untuk berbuat yang sama dilain waktu.


5.      Beri kesempatan anak memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan lalu membuat keputusan-keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri hal-hal dalam kehidupannya. Misal:
·         sebelum menentukan menu di hari itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih anak untuk makan siangnya.
·         memilih pakaian yang akan dipakai untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya
·         beri kesempatan ia memilih acara kartun di televisi, buku bacaan atau majalah anak
Jika memang apa yang dipilih oleh anak kurang baik buat mereka, berilah alasan yang dapat dia terima,
6.      Beri kesempatan anak untuk berfikir
·         Meski salah tugas orang tua adalah memberi informasi & pengetahuan yang benar kepada anak, jangan langsung menjawab pertanyaan yang diajukan anak, pancing dan beri kesempatan anak untuk memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui, lalu tugas Anda untuk mengkoreksi bila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. Hal ini akan melatih anak untuk mencari alternatif dari suatu pemecahan masalah dan tidak begitu saja menerima jawaban orang tua sebagai satu jawaban yang baku dan menjadi satu-satunya tempat untuk bertanya, masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Beritahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong untuk mengatasi suatu masalah tertentu. Hal ini membuat anak tidak tergantung pada orang tua untuk mengatasi suatu masalah.
·         Agar mampu mengambil keputusan, jangan langsung memberi segudang nasehat, lengkap dengan cara pemecahan yang harus dilakukan, ketika anak selesai menceritakan pertengkarannya dengan teman sebangku. Ajak anak berdiskusi dan memberi pendapat terhadap suatu permasalahan. Ajak anak untuk berkhayal tentang masa depan, misalnya apa yang menjadi cita-citanya kelak.