Anak mandiri tidak dapat hadir
begitu saja, tugas orang tualah yang harus menanamkan dan mendidik kebiasaan
mandiri pada anak sejak dini, yaitu bagaimana
anak dapat memulai kemandirian dalam bertindak dan berfikir.
1.
Dorong anak untuk
melakukan hal-hal sederhana & kecil secara teratur, seperti memakai pakaian sendiri, kaos
kaki, memasang tali sepatu, dan berbagai pekerjaan kecil lainnya. Jangan tidak
tega, kasihan atau justru tidak sabar melihat si kecil yang berusaha menalikan
sepatunya selama beberapa menit, membuka sendiri kaleng permennya namun belum
juga memperlihatkan keberhasilan, lalu orang tua campur tangan/ langsung memberi bantuan
menyelesaikan masalah-masalah kecil yang dihadapi anak sehari-hari, cara ini tidak
akan membantu anak untuk menjadi mandiri, ia akan terbiasa “lari” kepada orang
tua bila menghadapi persoalan untuk hal-hal kecil sekalipun dan cenderung menggantungkan
diri pada orang lain. Beri kesempatan anak untuk mencoba melakukan
kegiatan-kegiatan yang positif, terus beri motivasi agar anak tidak
mudah menyerah dan Jelaskan padanya caranya sehingga ia bisa melakukannya
sendiri, hal ini akan membuat anak merasa dihargai atas usahanya, sehingga akan
mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu.
2.
Jika anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri,
dorong
ia untuk terus melakukanya. Kadang untuk menghindarkan anak dari rasa
kecewa, karena hal yang sedang diupayakan anak terkesan “mustahil”, kita buru-buru
melarangnya
hal ini akan mematahkan semangatnya dan membuatnya
kehilangan motivasi untuk mandiri atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin
dicapainya, sebaliknya tunjukkan bahwa orang tua sebenarnya mendukungnya untuk
bersikap mandiri, namun ajukan alasan-alasan mengapa keinginan tersebut belum
dapat di penuhi.
3. Ajarkan anak
mengenai tanggung jawab dan melakukan tugasnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Mulai dengan memberi penjelasan
mengenai tanggung jawab, lalu ajari secara praktek, misal: biarkan anak
mengerjakan sendiri Pekerjaan Rumah yang diberikan guru dan jangan membantu
menyelesaikan, cukup dampingi anak secara rutin dan beri arahan. Setelah
itu beri anak tugas sesuai kemampuannya, contoh: mencuci piringnya sendiri seusai makan pada
hari-hari tertentu, pada usia tertentu biarkan anak mencuci pakaiannya & membersihkan
kamarnya sendiri.
4.
Sekecil apapun usaha positif yang telah dilakukan anak untuk
mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi atau meski hasilnya kurang memuaskan,
hargai dan beri pujian, karena ini dapat memberi motivasi kepada anak
untuk berbuat yang sama dilain waktu.
5. Beri kesempatan anak memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang
sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri.
Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan lalu membuat
keputusan-keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini, ia akan terlatih untuk
membuat keputusan sendiri hal-hal dalam kehidupannya. Misal:
·
sebelum menentukan menu di hari
itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih anak untuk
makan siangnya.
·
memilih pakaian yang akan dipakai
untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya
·
beri kesempatan ia memilih acara
kartun di televisi, buku bacaan atau majalah anak
Jika memang apa yang dipilih oleh
anak kurang baik buat mereka, berilah alasan yang dapat dia terima,
6.
Beri kesempatan anak untuk berfikir
·
Meski salah tugas orang tua adalah
memberi informasi & pengetahuan yang benar kepada anak, jangan langsung
menjawab pertanyaan yang diajukan anak, pancing dan beri kesempatan anak
untuk memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui, lalu tugas
Anda untuk mengkoreksi bila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia
benar. Hal ini akan melatih anak untuk mencari alternatif dari suatu
pemecahan masalah dan tidak begitu saja menerima jawaban orang tua sebagai satu
jawaban yang baku dan menjadi satu-satunya tempat untuk bertanya, masih banyak
sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah
yang dihadapi. Beritahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong untuk
mengatasi suatu masalah tertentu. Hal ini membuat anak tidak tergantung pada
orang tua untuk mengatasi suatu masalah.
·
Agar mampu mengambil keputusan,
jangan
langsung memberi segudang nasehat, lengkap dengan cara pemecahan yang harus
dilakukan, ketika anak selesai menceritakan pertengkarannya dengan teman
sebangku. Ajak anak berdiskusi dan memberi pendapat terhadap suatu
permasalahan. Ajak anak untuk berkhayal tentang masa depan, misalnya apa yang
menjadi cita-citanya kelak.
Anak mandiri tidak dapat hadir
begitu saja, tugas orang tualah yang harus menanamkan dan mendidik kebiasaan
mandiri pada anak sejak dini, yaitu bagaimana
anak dapat memulai kemandirian dalam bertindak dan berfikir.
1.
Dorong anak untuk
melakukan hal-hal sederhana & kecil secara teratur, seperti memakai pakaian sendiri, kaos
kaki, memasang tali sepatu, dan berbagai pekerjaan kecil lainnya. Jangan tidak
tega, kasihan atau justru tidak sabar melihat si kecil yang berusaha menalikan
sepatunya selama beberapa menit, membuka sendiri kaleng permennya namun belum
juga memperlihatkan keberhasilan, lalu orang tua campur tangan/ langsung memberi bantuan
menyelesaikan masalah-masalah kecil yang dihadapi anak sehari-hari, cara ini tidak
akan membantu anak untuk menjadi mandiri, ia akan terbiasa “lari” kepada orang
tua bila menghadapi persoalan untuk hal-hal kecil sekalipun dan cenderung menggantungkan
diri pada orang lain. Beri kesempatan anak untuk mencoba melakukan
kegiatan-kegiatan yang positif, terus beri motivasi agar anak tidak
mudah menyerah dan Jelaskan padanya caranya sehingga ia bisa melakukannya
sendiri, hal ini akan membuat anak merasa dihargai atas usahanya, sehingga akan
mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu.
2.
Jika anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri,
dorong
ia untuk terus melakukanya. Kadang untuk menghindarkan anak dari rasa
kecewa, karena hal yang sedang diupayakan anak terkesan “mustahil”, kita buru-buru
melarangnya
hal ini akan mematahkan semangatnya dan membuatnya
kehilangan motivasi untuk mandiri atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin
dicapainya, sebaliknya tunjukkan bahwa orang tua sebenarnya mendukungnya untuk
bersikap mandiri, namun ajukan alasan-alasan mengapa keinginan tersebut belum
dapat di penuhi.
3. Ajarkan anak
mengenai tanggung jawab dan melakukan tugasnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Mulai dengan memberi penjelasan
mengenai tanggung jawab, lalu ajari secara praktek, misal: biarkan anak
mengerjakan sendiri Pekerjaan Rumah yang diberikan guru dan jangan membantu
menyelesaikan, cukup dampingi anak secara rutin dan beri arahan. Setelah
itu beri anak tugas sesuai kemampuannya, contoh: mencuci piringnya sendiri seusai makan pada
hari-hari tertentu, pada usia tertentu biarkan anak mencuci pakaiannya & membersihkan
kamarnya sendiri.
4.
Sekecil apapun usaha positif yang telah dilakukan anak untuk
mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi atau meski hasilnya kurang memuaskan,
hargai dan beri pujian, karena ini dapat memberi motivasi kepada anak
untuk berbuat yang sama dilain waktu.
5. Beri kesempatan anak memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang
sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri.
Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan lalu membuat
keputusan-keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini, ia akan terlatih untuk
membuat keputusan sendiri hal-hal dalam kehidupannya. Misal:
·
sebelum menentukan menu di hari
itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih anak untuk
makan siangnya.
·
memilih pakaian yang akan dipakai
untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya
·
beri kesempatan ia memilih acara
kartun di televisi, buku bacaan atau majalah anak
Jika memang apa yang dipilih oleh
anak kurang baik buat mereka, berilah alasan yang dapat dia terima,
6.
Beri kesempatan anak untuk berfikir
·
Meski salah tugas orang tua adalah
memberi informasi & pengetahuan yang benar kepada anak, jangan langsung
menjawab pertanyaan yang diajukan anak, pancing dan beri kesempatan anak
untuk memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui, lalu tugas
Anda untuk mengkoreksi bila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia
benar. Hal ini akan melatih anak untuk mencari alternatif dari suatu
pemecahan masalah dan tidak begitu saja menerima jawaban orang tua sebagai satu
jawaban yang baku dan menjadi satu-satunya tempat untuk bertanya, masih banyak
sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah
yang dihadapi. Beritahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong untuk
mengatasi suatu masalah tertentu. Hal ini membuat anak tidak tergantung pada
orang tua untuk mengatasi suatu masalah.
·
Agar mampu mengambil keputusan,
jangan
langsung memberi segudang nasehat, lengkap dengan cara pemecahan yang harus
dilakukan, ketika anak selesai menceritakan pertengkarannya dengan teman
sebangku. Ajak anak berdiskusi dan memberi pendapat terhadap suatu
permasalahan. Ajak anak untuk berkhayal tentang masa depan, misalnya apa yang
menjadi cita-citanya kelak.