Rabu, 16 November 2016

3 SOLUSI UMRAH PT.ARMINAREKA PERDANA BEKERJASAMA DENGAN AA. UST. ABDUL HAMID,S.Pd.I - KARAWANG


Bismillah.........
CARA CERDAS DAN MUDAH MENJADI PENGUSAHA SUKSES BIRO UMROH DAN HAJI PLUS
MODAL TERJANGKAU, POTENSI PENGHASILAN PULUHAN JUTA RUPIAH
INSYA ALLAH BISA UMROH GRATIS

info lebih lanjut mengenai seminar, sosialisasi, solusi umroh dan percepatan rezeki
Dapat menghubungi :
AA. UST.ABDUL HAMID,S.Pd.I
Sms / Wa 085885713598
085885713598

Rabu, 19 Oktober 2016

Ustadz Abdul Hamid,S.Pd.I - Mengundang Saudara Untuk Menghadiri Seminar Umroh & Haji Gratis

Assalamualaikum
Saudaraku Sekalian Mari Kita Belajar Bagaimana Caranya Agar kita bisa Cepat Umroh & Haji Gratis & Mendapatkan Penghasilan Tambahan Melalui PT.ARMINAREKA PERDANA
SEMINAR UMROH & HAJI BERSAMA PT.ARMINAREKA PERDANA
Hari : Minggu
Tanggal : 23 Oktober 2016
Waktu : 09 : 30 Pagi
Tempat : Rest Sindang Reret - Karawang Barat
Insya Allah Berkah....."

Jumat, 26 Agustus 2016

Guru Muda Ustadz Abdul Hamid,S.Pd.I - Upacara Bendera HUT RI Di Lapangan Rengasdengklok

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat Pagi, dan Salam sejahtera bagi kita semua.
Alhamdulillah, marilah kita senantiasa bersyukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena pada hari ini kita diberi karunia sehat wal’afiat dan dapat merayakan 71 tahun kemerdekaan Negara kita tercinta, Republik Indonesia, di mana pun kita berada.
Tepat 71 tahun yang lalu, lagu kebangsaan menggetarkan pengibaran bendera pusaka di langit biru Ibu Pertiwi, sebagai penanda lahirnya Negara Republik Indonesia. Negara kepulauan dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, yang terbentang di sepanjang khatulistiwa dengan keragaman etnis budaya, bahasa, flora dan fauna yang tersebar di 17 ribu pulau, yang dipersatukan oleh kesadaran mewujudkan cita-cita bersama.
Satu dari empat cita-cita mulia yang ingin diwujudkan Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena itulah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan, setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Para peserta upacara yang saya hormati,
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa telah kita lakukan secara gotong royong tanpa mengenal lelah dan tidak akan pernah berhenti. Pada saat memproklamasikan kemerdekaan 95% penduduknya buta huruf, saat ini bangsa Indonesia telah berhasil membalik keadaan menjadi 96% melek huruf. Tidak banyak negara yang bisa mengatasi buta huruf secepat Indonesia. Saat ini tugas mendesak dunia pendidikan memastikan setiap anak Indonesia memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menang di abad 21. Untuk itu, ada tiga hal yang mendesak yang harus dilakukan sesuai amanat Nawacita.
Pertama, membekali anak-anak Indonesia dengan pendidikan karakter agar bisa beradaptasi pada lingkungan global yang dinamis dan beragam. Pendidikan karakter bukan hanya tugas sekolah, namun juga masyarakat dan keluarga. Mari kita jadikan sekolah sebagai rumah kedua dan sebagai taman belajar yang menyenangkan. Mari kita tumbuhkan kebiasaan baik pada setiap anak Indonesia. Mari kita tumbuhkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara sekolah, masyarakat dan keluarga.
Pendidikan berawal dari keluarga dan orangtua adalah guru sekaligus sebagai panutan bagi anak karena sebagian besar waktu anak dihabiskan bersama keluarga. Di lingkungan keluarga nilai-nilai kasih sayang harus ditumbuhsuburkan, sementara di sekolah perlu dibangun dan dikembangkan karakter sosial anak. Karena itu sinergi yang harmonis antara orang tua dengan sekolah adalah kunci suksesnya pendidikan anak.
Kedua, memastikan bahwa setiap anak Indonesia, tanpa ada diskriminasi, mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu secara merata di seluruh wilayah Indonesia. Kesenjangan layanan pendidikan harus diperkecil. Untuk itu kami mengajak sekolah, pemerintah daerah dan masyarakat untuk memastikan bahwa semua anak dan siswa dari keluarga kurang mampu mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) agar dapat melanjutkan pendidikannya paling sedikit 12 tahun.
Negara juga sedang memperluas ketersediaan layanan pendidikan di daerah-daerah tertinggal, terluar, dan terdepan dengan membangun sekolah garis depan. Saat ini negara melakukan rehabilitasi sekolah yang rusak berat, serta memenuhi sarana/prasarana untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Ketiga, memastikan bahwa lulusan sekolah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja serta bisa memenangkan persaingan regional dan global. Karena itu, Nawacita mengamanatkan pentingnya pengembangan pendidikan vokasi yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Saat ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang merevitalisasi pendidikan vokasi dengan melibatkan peran serta pemerintah daerah dan industri.

Jumat, 12 Agustus 2016

Guru Muda Ustadz Abdul Hamid,S.Pd.I Dari Karawang

TIPS MENDIDIK ANAK AGAR MANDIRI

Anak mandiri tidak dapat hadir begitu saja, tugas orang tualah yang harus menanamkan dan mendidik kebiasaan mandiri pada anak sejak dini, yaitu  bagaimana anak dapat memulai kemandirian dalam bertindak dan berfikir.
1.      Dorong anak untuk melakukan hal-hal sederhana & kecil secara teratur, seperti memakai pakaian sendiri, kaos kaki, memasang tali sepatu, dan berbagai pekerjaan kecil lainnya. Jangan tidak tega, kasihan atau justru tidak sabar melihat si kecil yang berusaha menalikan sepatunya selama beberapa menit, membuka sendiri kaleng permennya namun belum juga memperlihatkan keberhasilan, lalu orang tua  campur tangan/ langsung memberi bantuan menyelesaikan masalah-masalah kecil yang dihadapi anak sehari-hari, cara ini tidak akan membantu anak untuk menjadi mandiri, ia akan terbiasa “lari” kepada orang tua bila menghadapi persoalan untuk hal-hal kecil sekalipun dan cenderung menggantungkan diri pada orang lain. Beri kesempatan anak untuk mencoba melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, terus beri motivasi agar anak tidak mudah menyerah dan Jelaskan padanya caranya sehingga ia bisa melakukannya sendiri, hal ini akan membuat anak merasa dihargai atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu.
2.      Jika anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Kadang untuk menghindarkan anak dari rasa kecewa, karena hal yang sedang diupayakan anak terkesan “mustahil”, kita buru-buru melarangnya hal ini akan mematahkan semangatnya dan membuatnya kehilangan motivasi untuk mandiri atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya, sebaliknya tunjukkan bahwa orang tua sebenarnya mendukungnya untuk bersikap mandiri, namun ajukan alasan-alasan mengapa keinginan tersebut belum dapat di penuhi.
3.      Ajarkan anak mengenai tanggung jawab dan melakukan tugasnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Mulai dengan memberi penjelasan mengenai tanggung jawab, lalu ajari secara praktek, misal: biarkan anak mengerjakan sendiri Pekerjaan Rumah yang diberikan guru dan jangan membantu menyelesaikan, cukup dampingi anak secara rutin dan beri arahan. Setelah itu beri anak tugas sesuai kemampuannya, contoh:  mencuci piringnya sendiri seusai makan pada hari-hari tertentu, pada usia tertentu biarkan anak mencuci pakaiannya & membersihkan kamarnya sendiri.
4.      Sekecil apapun usaha positif yang telah dilakukan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi atau meski hasilnya kurang memuaskan, hargai dan beri pujian, karena ini dapat memberi motivasi kepada anak untuk berbuat yang sama dilain waktu.


5.      Beri kesempatan anak memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan lalu membuat keputusan-keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri hal-hal dalam kehidupannya. Misal:
·         sebelum menentukan menu di hari itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih anak untuk makan siangnya.
·         memilih pakaian yang akan dipakai untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya
·         beri kesempatan ia memilih acara kartun di televisi, buku bacaan atau majalah anak
Jika memang apa yang dipilih oleh anak kurang baik buat mereka, berilah alasan yang dapat dia terima,
6.      Beri kesempatan anak untuk berfikir
·         Meski salah tugas orang tua adalah memberi informasi & pengetahuan yang benar kepada anak, jangan langsung menjawab pertanyaan yang diajukan anak, pancing dan beri kesempatan anak untuk memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui, lalu tugas Anda untuk mengkoreksi bila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. Hal ini akan melatih anak untuk mencari alternatif dari suatu pemecahan masalah dan tidak begitu saja menerima jawaban orang tua sebagai satu jawaban yang baku dan menjadi satu-satunya tempat untuk bertanya, masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Beritahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong untuk mengatasi suatu masalah tertentu. Hal ini membuat anak tidak tergantung pada orang tua untuk mengatasi suatu masalah.
·         Agar mampu mengambil keputusan, jangan langsung memberi segudang nasehat, lengkap dengan cara pemecahan yang harus dilakukan, ketika anak selesai menceritakan pertengkarannya dengan teman sebangku. Ajak anak berdiskusi dan memberi pendapat terhadap suatu permasalahan. Ajak anak untuk berkhayal tentang masa depan, misalnya apa yang menjadi cita-citanya kelak.

Anak mandiri tidak dapat hadir begitu saja, tugas orang tualah yang harus menanamkan dan mendidik kebiasaan mandiri pada anak sejak dini, yaitu  bagaimana anak dapat memulai kemandirian dalam bertindak dan berfikir.
1.      Dorong anak untuk melakukan hal-hal sederhana & kecil secara teratur, seperti memakai pakaian sendiri, kaos kaki, memasang tali sepatu, dan berbagai pekerjaan kecil lainnya. Jangan tidak tega, kasihan atau justru tidak sabar melihat si kecil yang berusaha menalikan sepatunya selama beberapa menit, membuka sendiri kaleng permennya namun belum juga memperlihatkan keberhasilan, lalu orang tua  campur tangan/ langsung memberi bantuan menyelesaikan masalah-masalah kecil yang dihadapi anak sehari-hari, cara ini tidak akan membantu anak untuk menjadi mandiri, ia akan terbiasa “lari” kepada orang tua bila menghadapi persoalan untuk hal-hal kecil sekalipun dan cenderung menggantungkan diri pada orang lain. Beri kesempatan anak untuk mencoba melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, terus beri motivasi agar anak tidak mudah menyerah dan Jelaskan padanya caranya sehingga ia bisa melakukannya sendiri, hal ini akan membuat anak merasa dihargai atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu.
2.      Jika anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Kadang untuk menghindarkan anak dari rasa kecewa, karena hal yang sedang diupayakan anak terkesan “mustahil”, kita buru-buru melarangnya hal ini akan mematahkan semangatnya dan membuatnya kehilangan motivasi untuk mandiri atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya, sebaliknya tunjukkan bahwa orang tua sebenarnya mendukungnya untuk bersikap mandiri, namun ajukan alasan-alasan mengapa keinginan tersebut belum dapat di penuhi.
3.      Ajarkan anak mengenai tanggung jawab dan melakukan tugasnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Mulai dengan memberi penjelasan mengenai tanggung jawab, lalu ajari secara praktek, misal: biarkan anak mengerjakan sendiri Pekerjaan Rumah yang diberikan guru dan jangan membantu menyelesaikan, cukup dampingi anak secara rutin dan beri arahan. Setelah itu beri anak tugas sesuai kemampuannya, contoh:  mencuci piringnya sendiri seusai makan pada hari-hari tertentu, pada usia tertentu biarkan anak mencuci pakaiannya & membersihkan kamarnya sendiri.
4.      Sekecil apapun usaha positif yang telah dilakukan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi atau meski hasilnya kurang memuaskan, hargai dan beri pujian, karena ini dapat memberi motivasi kepada anak untuk berbuat yang sama dilain waktu.


5.      Beri kesempatan anak memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan lalu membuat keputusan-keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri hal-hal dalam kehidupannya. Misal:
·         sebelum menentukan menu di hari itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih anak untuk makan siangnya.
·         memilih pakaian yang akan dipakai untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya
·         beri kesempatan ia memilih acara kartun di televisi, buku bacaan atau majalah anak
Jika memang apa yang dipilih oleh anak kurang baik buat mereka, berilah alasan yang dapat dia terima,
6.      Beri kesempatan anak untuk berfikir
·         Meski salah tugas orang tua adalah memberi informasi & pengetahuan yang benar kepada anak, jangan langsung menjawab pertanyaan yang diajukan anak, pancing dan beri kesempatan anak untuk memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui, lalu tugas Anda untuk mengkoreksi bila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. Hal ini akan melatih anak untuk mencari alternatif dari suatu pemecahan masalah dan tidak begitu saja menerima jawaban orang tua sebagai satu jawaban yang baku dan menjadi satu-satunya tempat untuk bertanya, masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Beritahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong untuk mengatasi suatu masalah tertentu. Hal ini membuat anak tidak tergantung pada orang tua untuk mengatasi suatu masalah.
·         Agar mampu mengambil keputusan, jangan langsung memberi segudang nasehat, lengkap dengan cara pemecahan yang harus dilakukan, ketika anak selesai menceritakan pertengkarannya dengan teman sebangku. Ajak anak berdiskusi dan memberi pendapat terhadap suatu permasalahan. Ajak anak untuk berkhayal tentang masa depan, misalnya apa yang menjadi cita-citanya kelak.

Selasa, 14 Juni 2016

Ustadz Abdul Hamid,S.Pd.I & Ustadz Hendri Mukhtar - Kebersamaan Dalam Mendidik Anak

BAGAIMANA MENDIDIK ANAK AGAR MENJADI SHOLEH
Saya mengalami kesulitan dalam mendidik anak-anak saya agar mereka menjadi anak saleh. Saya jadi sering marah dan memukul mereka. Mohon nasehatkan saya dalam masalah ini, juga beritahukan saya buku yang bermanfaat tentang hal ini.
Alhamdulillah.
Pendidikan anak merupakan kewajiban orang tua. Allah Ta'ala telah memerintahkan dalam Al-Quran, begitupula Rasululllah shallallahu alaihi wa sallam dalam haditsnya.
Firman Allah Ta'ala,
يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم ناراً وقودها الناس والحجارة عليها ملائكة غلاظ شداد لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون (سورة التحريم: 6)
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6)
Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya tentang ayat ini berkata,
"Wahai orang yang benar keimanannya terhadap Allah dan Rasul-Nya, 'Peliharalah diri kalian,' Hendaklah satu sama lain saling mengajarkan sesuatu yang membuat kalian dapat berlindung dan terhindar dari neraka, yaitu apabila mereka beramal dalam ketaatan kepada Allah. Sedangkan firman-Nya 'Dan (lindungi) keluarga kalian dari neraka.' Maksudnya adalah ajarkan keluarga kalian amal ketaatan kepada Allah yang dapat melindungi mereka dari api neraka.
(Tafsir Ath-Thabari, 28/165)
Al-Qurthubi berkata,
"Muqatil berkata, ini merupakan hak yang menjadi kewajiban terhadap dirinya, anaknya, keluarganya dan budaknya. Ilkia berkata, 'Kita wajib mengajakan agama dan kebaikan terhadap anak-anak kita, atau adab apa saja yang tidak dapat mereka tinggalkan. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,
وأْمُر أهلك بالصلاة واصطبر عليها (سورة طه: 132)
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (QS. Thaha: 132)
Atau juga sebagaimana firman Allah Ta'ala kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
وأنذر عشيرتك الأقربين (سورة الشعراء: 214)
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat," (QS. Asy-Syuara: 214)
Juga terdapat dalam hadits
مروهم بالصلاة وهم أبناء سبع
"Perintahkan mereka (anak-anak kalian) untuk melaksanakan shalat saat mereka berusia tujuh tahun."
(Tafsir Al-Qurthubi, 18/196)
Seorang muslim, siapapun dia, adalah orang yang mengajak kepada jalan Allah Ta'ala, maka jadikanlah orang yang pertama mendapatkan dakwahnya adalah anak-anak dan keluarganya, kemudian orang-orang berikutnya. Allah Ta'ala, saat menugaskan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk berdakwah, Dia berfirman kepadanya, "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat," (QS. Asy-Syuara: 214), karena mereka adalah orang yang paling berhak mendapatkan kebaikan dan kasih sayangnya.
وجعل الرسول صلى الله عليه وسلم مسؤولية رعاية الأولاد على الوالدين وطالبهم بذلك :
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga menjadikan perawatan anak sebagai tanggung jawab orang tua dan menuntut mereka untuk itu.
Dari Abdullah bin Umar, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
" كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته الإمام راع ومسئول عن رعيته والرجل راع في أهله وهو مسئول عن رعيته والمرأة راعية في بيت زوجها ومسئولة عن رعيتها والخادم راع في مال سيده ومسئول عن رعيته قال وحسبت أن قد قال والرجل راع في مال أبيه ومسئول عن رعيته وكلكم راع ومسئول عن رعيته " . رواه البخاري ( 853 ) ومسلم ( 1829 )
"Semua kalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang orang-orang yang kalian pimpin. Kepala negara adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang bapak pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang ibu pemimpin di rumah suaminya. Pembantu pemimpin terhadap harta masjiannya dan akan ditanya akan kepemipinannya. Dan saya mengira telah mengatakan, seseorang peminpin terhadap harta ayahnya dan akan ditanya terhadap kepemimpinannya. Masing-masing kalian adalah pemimpin dan akan ditanya terhadap kepemimpinannya" (HR. Bukhari, no. 853, Muslim, 1829)
Di antara kewajiban anda menumbuhkan sejak dini kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya serta mencintai ajaran Islam. Hendaknya anda kabarkan bahwa Allah memiliki neraka dan surga. Neraka Allah sangat panas, bahan bakarnya dari manusia dan batu.
Berikut ini sebuah kisah yang memiliki pelajaran;
Ibnu Al-Jauzi berkata,
"Ada seorang raja yang memiliki banyak harta. Dia memiliki anak tunggal wanita, tidak ada lagi anak selainnya, karenanya dia sangat mencintainya dan sangat memanjakannya dengan berbagai mainan. Hal tersebut berlangsung sekian lama. Suatu saat ada seorang ahli ibadah yang bermalam di rumah sang raja. Maka di malam hari dia membaca Al-Quran dengan suara keras, dia membaca, "Wahai orang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari neraka, bahan bakarnya dari manusia dan batu." Sang puteri mendengar bacaannya, lalu dia berkata kepada para pembantunya, 'Hentikan dia.' Tapi para pembantunya tidak menghentikannya sehingga orang tersebut terus mengulang-ulang bacanya. Maka dia masukkan tangannya ke bajunya dan merobeknya. Lalu para pembantunya melaporkan kejadian tersebut kepada sang bapak. Maka sang bapak menemuinya seraya berkata dan memeluknya, "Apa yang engkau alami malam ini anakku sayang." Sang anak berkata, "Aku bertanya kepadamu demi Allah wahai ayah, apakah Allah Azza wa Jalla memiliki neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu?" Dia berkata, "Ya," Maka sang anak berkata, "Apa yang menghalangimu untuk memberitahu aku hal ini. Demi Allah, aku tidak akan memakan makanan lezat dan tidur di tempat yang empuk sebelum aku mengetahui dimana tempatku, di surga atau neraka."
(Shofwatu Ash-Shafwah, 4/437-438)
Selayaknya anda menjauhkan mereka dari tempat-tempat keburukan dan kelalaian. Jangan biarkan mereka dididik dengan cara yang buruk, baik melalui televisi atau selainnya dan kemudian anda mengharapkan kesalehannya. Orang yang menanam duri tidak akan memanen anggur. Hendaknya pendidikan tersebut telah ditanam sejak kecil agar mudah baginya ketika dia sudah besar untuk memerintah dan melarangnya, dan mudah baginya untuk mentaati anda.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu anhuma, dia berkata, Rasulullah shallallah alaihi wa sallam bersabda, "Perintahkan anak kalian untuk melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila berusia sepuluh tahun, lalu pisahkan ranjang di antara mereka." (HR. Abu Daud, no. 495, dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Al-Jami, no. 5868)
Akan tetapi hendaknya bagi pendidik untuk bersikap lembut dan santun, memudahkan dan akrab, tidak berkata kasar, berlaku keras dan mendiskusikan dengan cara yang baik. Hindari celaan dan caci maki hingga pukulan. Kecuali jika sang anak durhaka dan menganggap remeh perintah bapaknya, meninggalkan perkara yang diwajibkan dan melakukan perkara yang diharamkan. Ketika itu diutamakan bersikap namun tidak sampai menimbulkan bahaya.
Al-Manawi berkata,
"Seseorang yang mendidik anaknya ketika dia berusia balig dan telah berakal dengan pendidikan yang dapat mengantarkannya pada akhlak orang-orang saleh dan melindunginya agar tidak bergaul dengan orang-orang rusak, kemudian mengajarkannya Al-Quran, adab, bahasa Arab, kemudian dia memperdengarkan sang anak kisah-kisah dan ucapan para salaf, lalu mengajarkannya ajaran agama yang tidak boleh ditinggalkan, kemudian dia mengancam memukulnya apabila sang anak tidak shalat, semua itu lebih baik baginya daripada dia bersadaqah satu sha'. Karena jika dia mendidiknya, maka perbuatannya termasuk shadaqah jariyah, sementara sadaqah satu sha', pahalanya akan terputus. Sementara yang pertama tetap terus mengalir selama sang anak masih ada. Dan adab adalah makanan jiwa dan pendidikannya untuk akhirat kelak ‘Jagalah diri kamu semua dan keluargamu dari api neraka.’ SQ. At-Tahrim: 6.
Penjagaan anda dan anak anda diantaranya dengan menashati dan mengingatkan api neraka. Meluruskan adabnya dengan berbagai macam pendidikan. Diantara adanya adalah memberi nasehat, hukuman, ancaman, pukulan, menyendirikan, memberikan pemberian, hadian dan kebaikan. Sehingga pendidikan jiwa agar menjadi (jiwa) yang bersih dan mulia bukan mendidik jiwa yang tidak disuka lagi tercela. ‘Faidul Qadir, 5/257.’
Pukulan hanyalah sarana agar anak istiqamah, dia bukan merupakan tujuan, akan tetapi hanya digunakan jika sang anak terus menerus membandel dan menentangnya.
Syariat telah menetapkan peraturan sanksi dalam Islam, dan hal itu banyak dalam Islam, seperti hukum zina, mencuri, menuduh berzina (tanpa bukti) dan sebagainya. Semuanya itu disyariatkan agar manusia istiqamah dan menghindari perbuatan buruk.
Dalam hal inilah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpesan untuk mengajarkan seorang bapak agar anak menurutinya.
Dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
" علقوا السوط حيث يراه أهل البيت ، فإنه أدب لهم " . رواه الطبراني ( 10 / 248 ) . والحديث : حسّن إسنادَه الهيثمي في " مجمع الزوائد " ( 8 / 106 ) .
"Gantungkan pecut di tempat yang dapat dilihat keluarga, karena itu merupakan pendidik bagi mereka." (HR. Thabrani, 10/248)
Hadits ini dinyatakan hasan oleh Al-Haitsami dalam Majma Zawaid (8/106) Al-Albany menyatakan dalam shahih Al-Jami, no. 4022, hadits ini hasan.
Pendidikan anak hendaknya berimbang antara anjuran dan peringatan. Yang lebih penting dari itu semua adalah memperbaiki lingkungan tempat anak tinggal dengan mewujudkan sebab-sebab hidayah bagi mereka, yaitu dengan komitmennya pendidik dan pengasuh mereka yang tak lain adalah kedua orang tua mereka.
Diantara metoda sukses para pendidik dalam mendidik anaknya adalah dengan mempergunakan alat rekaman untuk mendengarkan nasehat, kaset Al-Qur’an, khutbah, pelajaran para ulama’ dimana hal banyak sekali.
Adapun buku-buku yang anda tanyakan untuk dijadikan referensi dalam mendidik anak, maka kami rekomendasikan beberapa buku berikut;
1- Tarbiyatul Athfal Fi Rihabil Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam), karangan Muhammad Nashir dan Khaulah Abdul Qadir Darwisy.
2- Kaifa Yurabbi Al-Muslim Waladahu (Bagaimana Seorang Muslim Mendidik Anaknya), karangan Muhammad Said Al-Maulawi)
3- Tabiyaul Abna Fil Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam), karangan Muhamad Jamil Zainu.
4- Kaifa Nurabbi Athfaalana (Bagaimana Kita Mendidik Anak-anak Kita), karangan Mahmud Mahdi Al-Istambuli.
Wallahua'lam.